A. JUDUL PERCOBAAN : Pembuatan Iodoform dan
rekristalisasi iodoform
B. TANGGAL PERCOBAAN : 19 Oktober 2012,
pukul 07.00 WIB
C. SELESAI PERCOBAAN : 19 Oktober 2012, pukul
12.00 WIB
D. TUJUAN :
-
Mensintesis senyawa iodoform
-
Memurnikan iodoform dengan cara
reksristalisasi
E. DASAR TEORI :
Iodoform (CHI3) adalah senyawa yang
dibentuk dari reaksi antara iodin dalam suasana basa dengan senyawa organik
yang memiliki gugus metil keton (CH3-CO-) seperti aseton atau jika
dioksidasi menghasilkan senyawa yang memiliki gugus metil keton, seperti
etanol. Dalam reaksi iodoform digunakan iodin (I2) dan larutan
alkali hidroksida (NaOH atau KOH) sehingga menghasilkan iodoform. Persamaan
reaksinya dinyatakan sebagai :
Iodoform yang diperoleh berupa kristal berwarna
kuning dengan titik leleh 120˚C dan mempunyai bau yang khas. Iodoform dapat
digunakan sebagai disinfektan dan antiseptic luar. Dengan reaksi yang serupa,
natrium hipoklorit dan natrium hipobromit, masing-masing menghasilkan kloroform
(CHCl3) dan bromoform (CHBr3). Reaksi tersebut dikenal
dengan reaksi haloform.
F. RANCANGAN PERCOBAAN :
a. Alat
dan bahan
Alat
:
Erlenmeyer 200ml
Gelas ukur
Corong Buchner
Corong kaca
Kompor listrik
Kertas saring
Cawan
Spatula
Pipet tetes
Bahan :
Iodium
Aseton
NaOH 2 N
Alkohol
Aquades
b. Langkah
kerja
Pembuatan
Iodoform
-
Dimasukkan 5 gram iodium, 5ml aseton,
5ml air suling ke dalam erlenmeyer 200ml, dan dikocok
-
Ditambahkan larutan NaOH 2 N sedikit
demi sedikit dan dikocok terus menerus sampai terbentuk endapan kuning
-
Dimasukkan 125 ml air ke dalam erlenmeyer
tersebut
-
Disaring endapan dengan corong Buchner,
dan dicuci endapan dengan air sampai endapan bebas NaOH
Rekristalisasi Iodoform
-
Ditempatkan iodoform dalam labu erlenmeyer
yang diberi tutup corong kaca
-
Dituangkan beberapa ml etanol melalui
corong
-
Dihangatkan sambil dikocok di atas
penangas air
-
Disaring larutan dan ditutup larutan yang
sudah disaring sampai dingin
-
Ditambahkan 12,5ml air
-
Diaduk agar iodoform mengendap
-
Disaring dengan corong Buchner dan
dicuci iodoform dengan beberapa tetes etanol dingin
-
Dikeringkan dalam eksikator
PEMBAHASAN :
5 gram aseton ditambah dengan 5 gram iodium dan 5 mL
aquades dimasukkan ke dalam erlemeyer dan dikocok. Pencampuran antara aseton,
iodium, dan aquades ini menghasilkan larutan berwarna merah kecokelatan. Kemudian,
ditambahkan NaOH sedikit demi sedikit sampai terbentuk endapan kuning. Pada
saat penambahan NaOH sebanyak 8mL, larutan berubah warna menjadi orange, dan
terbentuk endapan kuning. Fungsi dari penambahan NaOH ini adalah untuk
menghasilkan kristal iodoform berwarna kuning. Setelah itu, dengan segera
ditambahkan 125mL air. Penambahan segera 125mL air setelah terbentuk endapan
kuning yaitu untuk mengencerkan NaOH yang mungkin berlebih dan untuk mencegah kecepatan
terhidrolisisnya iodoform yang terbentuk. Hasil endapan kuning yang diperoleh dan
telah ditambahkan air segera disaring dengan corong buchner. Kemudian endapan
dicuci sampai filtrat tidak bereaksi alkalis, atau bebas NaOH karena sisa NaOH
diendapan dapat menyebabkan penguraian iodoform pada waktu kristalisasi dengan
alkohol. Indikator bahwa endapan sudah bebas NaOH, adalah dengan terjadinya
perubahan warna lakmus biru menjadi merah yang menandakan sudah tidak bersifat
basa. Diperolehlah, kristal iodoform. Hal ini sesuai dengan dasar teori
dimana reaksi antara iodin dalam senyawa
yang memiliki gugus metil keton (pada percobaan ini : aseton), dengan
penambahan NaOH akan menghasilkan iodoform yang berupa kristal/endapan kuning.
Kristal iodoform tersebut di rekristalisasi agar
lebih murni. iodoform ditempatkan pada erlemeyer. Kemudian ditambahkan etanol
sebanyak 10mL. Dengan segera erlemeyer ditutup agar tidak terjadi penguapan
karena sifat etanol yang mudah menguap. Iodoform yang telah ditambahkan etanol
dihangatkan di atas penangas air sambil dikocok sehingga menghasilkan larutan
yang homogen. Setelah itu dilakukan penyaringan lagi. Yang digunakan untuk
membuat kristal murni adalah filtratnya, residu yang berupa endapan kuning sudah
tidak digunakan lagi. Kemudian filtrat hasil penyaringan ditambahkan dengan
12,5mL air dan diaduk. Dilakukan penyaringan lagi dengan corong Buchner sambil
dicuci endapan dengan beberapa tetes etanol dingin. Setelah itu, kristal kuning
hasil penyaringan ditimbang. Massa kristal kuning yang diperoleh yaitu 0,3gram
dengan massa kertas saring yaitu 0,9 gram. Kemudian kristal kuning tersebut dikeringkan dalam eksikator
selama 3hari. Setelah dikeluarkan dari dalam eksikator, kristal kuning tersebut
ditimbang lagi dan diperoleh massa 1,1 gram dengan massa kertas saring 0,9 gram
dan 0,2 gram. Berdasarkan hasil perhitungan maka didapatkan % rendemen sebesar
:
% rendemen iodoform = 3,82%
Setelah ditimbang, diukur titik leleh dari kristal
kuning iodoform dan didapatkan rentang titik leleh kristal iodoform yaitu 114˚C
- 115˚C. Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana titik leleh iodoform adalah 120˚C.
G. DISKUSI :
Titik leleh iodoform secara teori yaitu 120˚C,
sedangkan pada percobaan yang kami lakukan, titik leleh yang kami peroleh yaitu
dengan rentang 114˚C - 115˚C. Ketidaksesuaian antara hasil praktikum dan teori
disebabkan oleh peletakkan thermometer yang tidak pas dengan pipa kapiler,
sehingga titik leleh yang diperolehpun tidak sesuai.
H. KESIMPULAN :
-
Reaksi antara iodium dalam senyawa yang
memiliki gugus metil keton (aseton), dengan penambahan NaOH akan menghasilkan kristal
kuning iodoform
-
Hasil praktikum :
§ Berat
praktis praktikum iodoform : 0,2gram
§ Berat
teoritis iodoform : 5,161
§ Randemen
hasil yang didapat : 3,82%
§ Rentang
Titik leleh : 114˚C - 115˚C
Dari hasil praktikum dan pengukuran titik leleh yang
kami peroleh, dapat kami simpulkan bahwa iodoform yang kami dapat tidak cukup
murni karena berdasarkan teori , titik leleh iodoform adalah 120˚C.
ketidaksesuaian ini dikarenakan pada proses pembuatan terbentuk kontaminan yang
mempengaruhi titik lebur.
DAFTAR PUSTAKA :
Darwis, Rahmiati. 2011. Laporan Organik (pembuatan iodoform). http://rahmiatkins.blogspot.com/2011/07/laporan-organik-pembuatan-iodoform.html diakses tanggal 20 Oktober 2012
Ralph J. Fessenden, Joans Fessenden. 1990. Kimia Organik 3rd Edition. Jakarta : Penerbit ErlanggaRiswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta : Penerbit Erlangga
Tim. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Organik 1. Surabaya : Unesa Press
Muh. Firdaus. 2011. Sintesis Iodoform. http://daushalogen.blogspot.com/2011/02/blog-post.html diakses tanggal 18 Oktober 2012.
Darwis, Rahmiati. 2011. Laporan Organik (pembuatan iodoform). http://rahmiatkins.blogspot.com/2011/07/laporan-organik-pembuatan-iodoform.html diakses tanggal 20 Oktober 2012
Ralph J. Fessenden, Joans Fessenden. 1990. Kimia Organik 3rd Edition. Jakarta : Penerbit ErlanggaRiswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta : Penerbit Erlangga
Tim. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Organik 1. Surabaya : Unesa Press
Muh. Firdaus. 2011. Sintesis Iodoform. http://daushalogen.blogspot.com/2011/02/blog-post.html diakses tanggal 18 Oktober 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar